Akhir-akhir ini gue jadi sangat suka tersenyum.
Entahlah~
Fikir gue, meskipun sedih, gue harus menutupi itu.
Setiap celotehan receh gue, selalu gue tertawakan.
Seperti "lihat lo hanya ketawa sendiri.. yang lain memandang lo aneh"
Mental gue lagi sangat jatuh. Lagi sangat sedih.
Tapi sebisa gue untuk terlihat gue baik-baik saja.
Seperti gue kembali jatuh kelubang yang terakhir menenggelamkan gue ketitik itu dulu.
Gue melihat postingan seseorang :)
Disana ada dia yang masih jadi alasan setiap tangis gue.
Kau bosan mendengarnya? Sama! Tapi dengarkan saja. Jangan ada penghakiman.
Gak gue sadari di kalimat di atas itu, membuat gue meneguk habis kopi instan, padahal masih hangat.
Gue tiba-tiba kembali ke zaman itu. Zaman ketika gue suka kopi dan pelengkapnya..
Iyaa dia.. :)
Dari dulu gue gak ada niat untuk mencoba kopi hitam.
Apaa yaaa.. tidak ada alasan untuk gak suka sebenarnya.
gue hanya merasa, indra peraba, indra perasa, dan indra pengelihatan gue sudah cukup pahit, dengan segala masalah yang menimpa gue kurang lebih 2/3 tahun ini. Tak perlu dengan indra pengecap juga.
Biarlah kopi tetap konsisten dengan rasa aslinya. Dan biarkan gue konsisten dengan perasaan gue.
Ada 1 hal yang sampai saat ini tidak bisa gue toleransi dengan ketetapanNya.
Dalam setiap doa, orang selalu mengatakan bahwa Dia adalah sang Maha Pembolak-balikkan hati.
Maha penyayang dan Pengasih.
Ketika gue berada di titik terendah, dan orang disekitar berada dititik terendah, kenapa tak kau bolak hatinya untuk tidak menangisi seseorang yang bukan untuknya? Bukankah kau penyayang dan pengasih? Ketika kami jatuh, hancur, kenapa tak sedikitpun belas kasih.
Gue tau kau begitu untuk menegur. Bahwa segala nikmat didunia ini hanya titipan..
Where justice? Bisakah sedikit lebih adil? Tolong untuk tidak lebih condong kesebelah.
Gue dalam beberapa bulan terakhir, sedang menemani seseorang yang tersakiti juga.
Gue berkata padanya untuk berjuang. Jangan seperti gue. Tak berjuang sama sekali.
Dia berjuang, dititik terendah seperti tak ada harga diri sama sekali.
Kodrat wanita untuk menunggu saja, untuknya dia mengejar.
Tapi...
Yang fikir gue dulu, kalo saja gue memperjuangkan juga, bisa saja gue bersama dia hari ini.
Salah!!!
Dia tetap dibuang seperti gue.
Perjuangan apa? yang bagaimana?
Gue semakin lucu dengan kehidupan ini.
Katanya berjuang dulu yuk!
Finalnya hanya pencampakkan.....
Dan sampai saat ini. Saat menulis blog ini...
Dia masih menangisi. Gue juga.
Kita sama-sama menangisi pria yang bahkan tak mau menoleh sedikitpun.
Kita memiliki kisah yang sama.
Bedanya dan bangga gue ke dia, dia mau berjuang.
And i'm so proud of my self and her, karena gue bisa liat lewat dia bahwa bahkan mau lu perjuangin setitik darah penghabisan sekenceng apapun, kalo ga bisa, ga akan pernah bisa.
Idk bagaimana harus gue katakan bahwa... Thanks for seeing me another side ketika saat itu gue gak mau memperjuangkan. We same! U dont alone in this situation.
Thank for always understand me! listening me!
I know maybe to the next life, we dont together again.
Entahlah lu balik ketempat lu dulu atau gue yang tiba-tiba lelah ngurusin lu wkwkwk.
But thank for always behind of me dalam beberapa bulan ini.
Gue ikut bisa merasakan bagaimana jatuh ketika berjuang.
And for any people yang membaca blog ini, i never judge setiap perasaan orang.
Tapi disetiap tangis dan perjuangan orang, adalah salah satu titik dimana lo memiliki nilai lebih dimata mereka..
Yaa berbanggalah..
Terkadang lu hanya diberi kesempatan untuk mendengar, memberi saran, tanpa harus menghakimi.
Dan gue tau sebagian orang, merasa gue menghakimi. Tidak!
Tak ada penghakiman. Gue hanya meminta pertanggung jawaban atas kalimat yang pernah terlontar.
Dan apakah salah?
Kalimat adalah doa yang kau balut dengan sebuah harapan.
Kalimatmu adalah harapan untuk seseorang.
Kata kalian mungkin, jangan bergantung pada harapan.
Kalian saja rela bergantung pada ketidak pastian tanpa lontaran kalimat secara langsung atas apa alasan kalian menaruh perasaan kepada seseorang.
Perasaan bukan mainan, kata-kata bukan hanya kalimat yang terucap tanpa saringan.
Sebelum akhirnya terucap, dia melewati perasaan dahulu, di saring dengan akal, kemudian terlontar dari mulut. Jadi jika orang-orang sering berkata bullshit, tak ada kalimat bullshit dalam kehidupan ini. Kalian punya hati dan fikiran..
Sebelum menyalahkan perasaan seseorang, berkacalah dahulu.
Mereka orang-orang menyedihkan dan bodoh yang terpandang.
Karena untuk sembuh dari patah hati, kau cari disegala penjuru dunia tak ada obatnya.
Orang baru katamu? Perasaan tak semudah lu melupakan.
Apa yang telah ditinggali, butuh beberapa bulan bahkan tahun untuk ditanggalkan.
Tidak semudah berucap. Dan kapasitas ingatan kita berbeda.
Kau hebat, gue iri ketika kau memamerkan betapa cepatnya kau berlalu.
Gue iri, ketika betapa cepatnya kau berpindah.
Gue iri, ketika betapa lantangnya berkata sudahlah, keep move.
Sementara kami, yang begitu menyedihkan ini, harus berlama-lama dengan tangisan.
Salah kami? Itu mungkin fikirmu.
Siapa yang mau ada disituasi seperti ini?
Everyone need a happy!!!
We just dont have a choice!
Respect! Jangan menghakimi.
Diamlah. Jangan ada belas kasih...