Sabtu, 31 Desember 2022

365/365

Gorontalo, 31 desember 2022.

Pukul. 21.37 WITA.

Speaker musik kencang, ledakan petasan di langit menggema, suara kenderaan lalu lalang, putaran baling kipas angin, bahkan ketikkan jari di layar handphone ini, tidak menimbulkan bunyi apa-apa di telinga. Seharusnya hari ini 365/365 yang inginnya di tutup dengan baik.

Membicarakan perihal 364 hari lainnya yang masing-masing punya cerita, berakhir dalam kamar gelap gulita dengan suara di atas tadi.

Tidak. Tidak gelap. Ada lampu nebula yang terlihat tidak begitu suram untuk pengujung tahun ini. Kurang lebih 2 jam lagi berganti tahun. Terfikir bukan untuk keinginan-keinginan lain di depan. Tapi apa yang harus di lakukan di depan. 

Kaki kembali dipaksa pincang. Di amputasi. Bahkan seperti lutut adalah bagian akhirnya. Tidak apa. Karena aku terlalu menyombongkan diri bahwa aku masih punya. Aku masih memiliki. Tapi tidak. Itu hanya delusiku saja.

Tidak ada apa-apa disini. Benar seperti perasaanku kemarin-kemarin. Bahkan yang kental pun bisa secair itu. Kecewa? Apa aku harus mengatakannya? Aku berfikir aku memiliki. Tapi tidak. Aku tak memiliki siapapun. Aku hanya punya diriku sendiri. 

Apa aku harus pergi? Bahkan dari dunia ini? Mereka bilang aku harus kuat. Aku tidak boleh cepat menyerah. Tapi bagaimana saat tumpuanku bahkan mencemoohku "kamu menghasilkan malu". Hatiku hancur. Petir bahkan tidak sesakit itu kala mengenai hatiku. Badai bahkan tak semenakutkan itu saat aku mendengar kalimat itu dari dia yang menjadi salah satu alasan aku tetap harus bertahan di sini. 

Aku sangat ingin pergi. Entah kemanapun aku akan tetap pergi nanti. Aku berjanji untuk itu. Aku tak ingin terlihat. Aku tak ingin di adakan keberadaannya. Mereka lebih baik tanpaku. Dunia ini baik-baik saja tanpaku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar